Selasa, 19 April 2011

TAJUK KEMENANGAN DAKWAH

Mungkin sudah sering kita mendengar retorika bahwa DAKWAH ITU TIDAK BUTUH KITA, namun KITA lah yang BUTUH terhadap DAKWAH….!!! Meskipun dengan intensitas yang tinggi dan semangat menggebu-gebu dari muharrik dakwah dalam menyampaikan berbagai idealisme dan kaidah dalam dakwah, masih banyak diantara kita yang ingin mundur dari dakwah dan memulai langkah kecil berjalan di pinggir lintasan dakwah yang hanya dikarenakan kelelahan dan kekecewaan yang mengahampiri satu per satu dari para pengampu amanah dakwah di level pengambil kebijakan ataupun isu yang terhembus begitu kencang menerpa perahu dakwah hari ini.
Ada banyak pertanyaan yang menggelayuti pikiran setiap kita ketika menerima ataupun mendapat kebijakkan dari jamaah terkait proses ataupun strategi memenangkan dakwah disetiap fasenya. Sebagai contoh ada perasaan yang ingin segera mundur jauh dan teratur dari barisan ketika pimpinan dakwah hari ini mendeklarasikan untuk berjuang bersama non muslim baik dalam kerangka individu ataupun secara komunal non muslim. Ada perasaan yang sangat dongkol dan lisan yang ingin segera protes dalam kegelisahan melihat langkah yang diambil pimpinan dakwah ini. Dalam benak kita seakan berkata Rasul tidak pernah bekerjasama dan meminta bantuan kepada kaum musyrik, sebagaiamana perkataan rasul “aku tak akan pernah meminta bantuan kepada musyrik”, ketika ada seorang musyrik menawarkan diri untuk ikut dalam sebuah jihad. Dari berbagai ulama bersepakat bahwa ketika melihat suatu hadist kita tidak boleh hanya melihat dari sisi tekstualnya saja, akan tetapi kita juga harus melihat dari sisi kontekstual dan asbabul wurudnya. Bukankah dalam hadist diatas orang musyrik yang dimaksud adalah bagian dari pasukan kaum Yahudi Bani Qoinuqo yang menjadi sahabat tokoh munafik Abdullah bin Ubay sehingga sangat mungkin penolakan Rasul dikarenakan besarnya kekhawatiran akan terjadi pengkhianatan dan malah akan menyerang balik kaum muslimin. Hal ini seperti yang ada dalam riwayat Imam Al-Hakim. Dalam konteks lain bukankah Rasul pernah meminta tolong kepada non muslim saat hijrah menuju madinah?(lihat Shahih Bukhari jilid 8 hal 280-282). Bahkan dalam siroh pernah disampaikan bahwa Rasul meminta tolong kepada seorang kafir dari Khuza’ah untuk memata-matai apa yang dilakukan orang-orang Quraisy dan meminta tolong salah satu tokoh Quraisy yang bernama Shofwan bin Umayyah dan meminjam sejumlah baju peranng (bantuan harta) (lihat Zadul ma’ad jilid 2 hal 127 dan hal 190)
Adaklaanya dalam kerangka jamaah bersama barisan da’wah ini kita dituntut memiliki ketsiqohan tingkat tinggi terhadap para mas’ul dan pimpinan dalam mengejar serta mewujudkan kemenagan dakwah. Meskipun semua itu tanpa meninggalkan kaidah amal jama’i seperti tabayyun dan kerangka saling mengingatkan dan menasehati. Ketsiqohan kita pada pemimpin dalam barisan dakwah ini harus dilandasi logika keimanan tidak sekedar logika akal. Logika keimanan yang bisa kita contoh dari sahabat Abu Bakar yang langsung percaya terhadap perkataan Rasulullah mengenai peristiwa isra’ mi’raj. Peristiwa yang kalau dilihat dari logika tidak akan pernah terjadi dan sangat tidak masuk akal sekali, tetapi yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah pemikiran yang didasari keimanan yang utuh. Harusnya kita selaku jundi melakukan hal yang sama layaknya Abu bakar, terhadap apapun keputusan dan ijtihad yang telah diambil oleh para qiyadah kita dan totalitas perjuangan untuk menyukseskan setiap strategi yang diambil.
Selain ketsiqohan terhadap pimpinan dakwah, kita selaku jundi juga harus memiliki wawasan keluasan dalam berfikir (Mutsaqoful fikr) atau bahasa kerennya sekarang ini adalah perlunya kredibilitas dan kapasitas keilmuan. Kredibilitas dan kapasitas keilmuan itu bukan hanya didapatdari ilmu alat dan hasil kita membaca buku tetapi kita juga harus mendapat kredibilitas dan kapasitas ilmu itu secara langsung dengan berinteraksi langsung dengan objek dakwah dan realita kehidupan yang ada disekitar kita. Dakwah membumi seperti ini penting bagi kita untuk meningkatkan kepercayaan objek dakwah dan meningkatkan produktivitas capaian dakwah yang telah kita buat, karena dakwah yang kita lakukan sesuai dan pas mengena sasaran. Bahasa elektronya meminimalisir losses…
Ketika itu semua kita lakukan insyaAlloh tajuk kemenangan dakwah pun akan segera hadir dan memberikan cahaya ke seluruh ummat dan mentarbiyah berbagai lapisan menuju hangatnya dan kedamaian ISLAM.

19 April 2011
15 jumadil awal 1432H
Di sudut kamar yang menjadi sejarah kedepannya
DWI WAHYU PURNOMO
Da’I yang nyambi di electrical engineering GMU 2007
BERGERAK ATAU TERGANTIKAN